Rabu, 07 Maret 2012

Wahai Langit

Wahai langit...hari ini saya malu sekali. Saya melewatkan ucap saya...saya meniadakan ketetapan yang sudah bersemayam di hati. Saya teringat sebuah pesan kepada saya. Wahai langit maafkan saya...izinkan saya untuk bersimpuh kepadamu. Saya luruskan niat ini,...
Dia itu maha mengetahui, maha mengetahui apa yang sudah dan belum terjadi, bila diibaratkan DIA adalah sutradara dan penulis cerita dari kehidupan kita, semua yang akan kita pikirkan dan akan kita kerjakan saat ini, besok, atau bertahun-tahun kemudian. Sebagai contoh sebagai manusia tidak lepas dari cobaan, saat DIA menuliskan takdir akan adanya cobaan yang akan kita terima, DIA sudah tahu apa yang akan kita lakukan dalam menyikapi cobaan tersebut, apakah kita akan sabar? Apakah kita akan menghujat-Nya? Apakah kita akan terus istiqomah? Jadi jika saat ini kita semua diberikan suatu cobaan, takdir apa yang kita terima sesudahnya adalah apa yang kita sikapi dari cobaan tersebut, dan itu sudah dituliskan pada takdir kita. Jadi memang benar takdir kita sudah ditulis dengan tinta dan sudah kering, tapi hal itu tergantung pada sikap kita sendiri dalam menjalani hidup ini. Yang penting dalam hidup ini kita harus melakukan hal yang terbaik dan selalu ada dalam jalan-Nya. Masalah hasil apa yang kita terima itu urusan-Nya. Bisa jadi Allah menunda hadiah untuk kita atau mungkin mengganti dengan hal yang lebih baik, kita tidak akan pernah tahu mana yang lebih baik bagi kita...