Wahai langit...hari ini saya malu sekali. Saya melewatkan ucap saya...saya meniadakan ketetapan yang sudah bersemayam di hati. Saya teringat sebuah pesan kepada saya. Wahai langit maafkan saya...izinkan saya untuk bersimpuh kepadamu. Saya luruskan niat ini,...
Dia itu maha mengetahui, maha
mengetahui apa yang sudah dan belum terjadi, bila diibaratkan DIA
adalah sutradara dan penulis cerita dari kehidupan kita, semua yang akan
kita pikirkan dan akan kita kerjakan saat ini, besok, atau
bertahun-tahun kemudian. Sebagai contoh sebagai manusia tidak lepas dari
cobaan, saat DIA menuliskan takdir akan adanya cobaan yang akan kita
terima, DIA sudah tahu apa yang akan kita lakukan dalam menyikapi cobaan
tersebut, apakah kita akan sabar? Apakah kita akan menghujat-Nya?
Apakah kita akan terus istiqomah? Jadi jika saat ini kita semua
diberikan suatu cobaan, takdir apa yang kita terima sesudahnya adalah
apa yang kita sikapi dari cobaan tersebut, dan itu sudah dituliskan pada
takdir kita. Jadi memang benar takdir kita sudah ditulis dengan tinta
dan sudah kering, tapi hal itu tergantung pada sikap kita sendiri dalam
menjalani hidup ini. Yang penting dalam hidup ini kita harus melakukan
hal yang terbaik dan selalu ada dalam jalan-Nya. Masalah hasil apa yang
kita terima itu urusan-Nya. Bisa jadi Allah menunda hadiah untuk kita
atau mungkin mengganti dengan hal yang lebih baik, kita tidak akan
pernah tahu mana yang lebih baik bagi kita...